google-site-verification: googlee10025ebf65670c5.html 0812.8337.2796 PERSIAPKAN DIRI BERDOA - Heldin Manurung : 10

10

PERSIAPKAN DIRI ANDA UNTUK BERDOA




Sebagai anak Tuhan, atau anggota Kerajaan Allah, atau sebagai prajurid doa dalam Kerajaan Allah harus selalu siap sedia melaksanakan tugasnya, yakni berdoa. Dalam hal ini berdoa dapat diartikan sebagai respon terhadap Allah atas suatu keadaan atau suatu kejadian yang membutuhkan nasihat dan pertolongan Tuhan untuk mengatasi dan menyelesaikannya.

Setiap anak Tuhan sesungguhnya tidak akan melakukan sesuatu tanpa memperoleh petunjuk dari Allah yang memimpinnya. Hal ini harus dilakukan karena kita sebagai anak-anak Tuhan harus bertindak sesuai kehendak Tuhan.

Tuhan menghendaki agar kita sungguh-sungguh mem-persiapkan diri untuk menghadapi peperangan rohani yang kita hadapi setiap hari.

Seorang prajurid doa tidak boleh mempersiapkan diri hanya dalam teori semata. Kita harus dengan sungguh-sungguh melakukannya dengan disiplin layaknya prajurid TNI yang bertugas dan siap siaga menghadapi peperangan setiap waktu diperlukan. Tuhan menghendaki agar kita selalu dalam kondisi siap dan prima.

Oleh karena itu, kita harus berlatih dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Doa kita akan lebih berkuasa bila sikap dan kondisi kita berkenan di hadapan Tuhan. Sikap dan kondisi kita harus dalam keadaan prima, baik secara jasmani, jiwani, dan rohani. Untuk mempersiapkan diri kita secara utuh, maka kita perlu melakukan hal-hal sebagai berikut.


Sediakan Waktu Bersama Tuhan

Salah satu hal yang perlu kita lakukan dalam persiapan diri untuk berdoa adalah menyediakan waktu bersama Tuhan. Persekutuan atau persahabatan yang benar menuntut kedua pihak saling berbicara dan mendengarkan.

Keduanya membagikan hati secara mendalam satu kepada yang lain. Jika kita berkata bahwa kita anak Tuhan, orang percaya, atau sahabat Tuhan tetapi kita mengabaikan Dia berarti kita telah menipu diri kita sendiri.

Seorang sahabat Tuhan haruslah menyediakan waktu untuk berbicara kepada Tuhan dan mendengarkan Dia. Pada saat kita berbicara kepada Tuhan berarti kita sedang berdoa. Dan pada saat kita mendengarkan Tuhan berarti kita sedang semedi, atau berdiam diri dan mendengarkan dengan saksama.

Persekutuan kita dengan Tuhan lebih dari sekedar ritual. Berdoa bukan berarti hanya mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan, lalu selesai dan pergi. Hal itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan dengan benar.

Kebersamaan kita dengan Tuhan haruslah didasari dengan kasih agape. Kita didorong oleh adanya rasa rindu untuk meluangkan waktu berama dengan Dia.

Hubungan seperti ini telah dilakukan Yesus semasa hidup-Nya di dunia. Dia selalu berkomuniksi denan Bapa-Nya. Dia mengatakan dan melakukan sesuatu kepada manusia apa saja yang Ia dengar dari Allah Bapa di surga.

Doa yang penuh kuasa yang dipanjatkan oleh orang percaya sangat ditentukan oleh hubungan persahabatan kita dengan Allah.

Allah sungguh mengasihi kita sebagai anak-anak-Nya. Dia memelihara kita dan menyediakan segala kebutuhan kita setiap hari. Adalah suatu pemikiran yang keliru jika ada orang yang mengatakan bahwa Allah tidak memperhatikannya.

Justru manusialah yang tidak memperhatikan Allah. Kitalah yang meninggalkan Dia sehingga semakin terasa jauh dari-Nya. Kita harus menyadari bahwa Allah telah memberikan Roh-Nya kepada kita agar kita dapat mengenal-Nya di dalam Yesus Kristus.

Allah senantiasa menginginkan kita untuk datang kepada-Nya meminta segala kebutuhan kita setiap hari di dalam doa. Allah ingin agar kita mau menyediakan waktu menikmati kebersamaan di dalam doa.

Kebersamaan kita dengan Tuhan di dalam doa menentukan keberadaan hidup dan kehidupan kita. ketika kita menjauh dari Tuhan, kita dikuasai oleh pikiran, emosi, dan perasaan kita sendiri. Kita akan menjadi duniawi dan mudah diperdaya oleh musuh.

Dalam keadaan ini kita akan dipenuhi dengan ketakutan, kebencian, hawa nafsu, keraguan, dan kekhawatiran. Ketika kita bersama Tuhan dalam doa keadaan kita yang duniawi tadi akan berubah menjadi suka cita, damai sejahtera, iman, dan kasih.

Dalam keadaan seperti inilah kita akan diberkati. “dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu” (Mazmur 37:4).



Menyenangkan Hati Tuhan

Banyak hal yang bisa dilakukan manusia untuk menyenangkan hati Tuhan. Manusia yang hidup di zaman perjanjian lama menyenangkan hati Tuhan dengan memberikan persembahan-persembahan, seperti persembahan bakaran, persembahan ukupan, dan sebagainya.

Namun alkitab mengatakan bahwa persembahan bakaran tidaklah berkenan di hadapan Tuhan. “Mereka tidak akan mempesembahkan korban curahan anggur kepada TUHAN dan korban-korban sembelihan mereka tidak akan menyenangkan hati-Nya. …” (Hosea 9:4). Ada beberapa hal yang menyenangkan hati Tuhan yang perlu kita lakukan dalam hidup kita.

Hal pertama yang perlu kita lakukan untuk menyenangkan hati Tuhan adalah dengan taat kepada-Nya, dan melakukan perintah-perintah dan hukum-hukum-Nya. Hal ini tidak hanya dalam perkataan, tetapi sungguh-sungguh diterapkan dalam setiap segi kehidupan kita.

Bagaimana kita bisa hidup taat kepada Tuhan dan melakukan perintah-perintah dan hukum-hukum-Nya? Kita hanya dapat taat dan melakukan perintah-perintah dan hukum Tuhan cara hidup di dalam Dia.

Hidup di dalam Tuhan berarti firman-Nya ada di dalam kita. Artinya bahwa kita harus memahami firman Tuhan dan melakukannya dalam seluruh sendi kehidupan kita. Allah menghendaki kita diciptakan dan diempatkan di bumi ini agar kita makin teguh dalam firman-Nya.

Kita akan semakin teguh dalam firman-Nya jika kita membaca dan memahami, serta merenungkannya setiap hari. Jika kita tidak membaca dan memahami firman Tuhan, maka kita akan semakin kedur dan akhirnya menjauh dari firman Tuhan. Bila kita tidak memahmi firman Tuhan, lama-lama kita akan semakin redup dan akhirnya menjauh dari Tuhan.

Ketika kita menjauh dari firman Tuhan, akhirnya kita pun akan menjauh dari Tuhan sendiri. Dan akhirnya kita akan hanyut semakin jauh dari Tuhan lalu fokus pada diri sendiri yang merupakan tabiat manusia daging.

Sifat manusia daging kita adalah mementingkan diri sendiri. Tuhan tidak menghendaki kita untuk hidup yang demikian. Tuhan mengingatkan kita agar kita memperhatikan dan fokus pada firman-Nya, bukan pada dunia atau diri sendiri. “Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus” (Ibrani 2:1).

Dengan mempelajari dan memahmi firman Tuhan maka kita akan percaya sepenuhnya bahwa firman Tuhan itu adalah hidup. Pengertian mengenai hal ini akan lebih jelas lagi bagi setiap orang yang telah dilahirkan kembali secara rohani.

Roh Kudus akan membukakan mata rohani kita dan membuat kita semakin mengerti maksud firman Tuhan. Ketika kita hidup di dalam firman Tuhan, dan mengizinkannya bekerja di dalam hidup kita maka ia akan memberikan kepada kita pemahaman yang lebih besar lagi dan akhirnya menguasai seluruh kehidupan kita.

Kita harus percaya bahwa alkitab diilhamkan oleh Roh Kudus. Ketika anda membacanya dengan iman, Roh Kudus akan menghidupkannya dalam hati, dan jiwa kita.

Hal kedua yang perlu kita lakukan untuk menyenangkan hati Tuhan adalah dengan mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi kita.

Mengasihi Tuhan adalah sebuah perintah Allah kepada manusia. “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 4:29).

Hal ini merupakan salah satu kunci berkat Allah yang dicurahkan kepada umat-Nya. Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya tetapi dia tidak memiliki kasih berarti dia adalah penipu dan pembohong. Seorang yang tidak memiliki kasih tidak memiliki Tuhan dalam dirinya. Hal itu merupakan tanda dan kunci berkat bagi orang percaya.
Allah akan mengasihi kita dan memberkati kita jika kita mau dengan sungguh-sungguh mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatan kita.

Demikianlah firman Tuhan: “Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu, dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang” (Ulangan 11:13-15).

Pada saat kehadirannya di dunia, Yesus pun memerintahkan hal yang sama kepada murid-murid-Nya, dan juga kepada kita. Hal ini dikatakan-Nya ketika seorang Farisi menanyakkan kepada-Nya mengenai hukum yang terutama dalam hukum taurat. “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37).

Dan Yesus pun melanjutkan denan hukum yang kedua: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39). Sebagai orang percaya, kita harus taat kepada Allah. Melakukan seluruh perintah-Nya sebagai wujud nyata kita mengasihi Dia. Dan bila kita mengasihi Allah, kita juga harus mengasihi sesama kita.

Hal ini jauh lebih baik dari pada semua kurban bakaran dank urban sembelihan. “Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan denan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesame manusia seperti diri sendiri adalah lebih utama dari pada semua kurban bakaran dank urban sembelihan” (Markus 12:33).  
......


Hidup Kudus

Banyak orang beersaksi bahwa Allah memanggil dia untuk datang kepada-Nya. Bahkan tidak sedikit orang yang mengakui bahwa dirinya dipanggil oleh Allah untuk melayani-Nya.

Tapi marilah kita memeriksa apakah orang itu sungguh-sungguh mengerti akan arti panggilan Allah kepadanya? Salah satu dari sekian banyak panggilan Allah kepada kita adalah agar kita menjadi kudus seperti Dia yang adalah kudus.

Hal ini harus jelas bagi kita. Karena begitu banyak orang yang menyanggah bahwa hal itu tidak mungkin baginya. Saya pun harus mengatakan bahwa hal itu memang tidak mungkin bagi kita jika kita melakukannya dengan kekuatan kita sendiri. Tak seorang pun manusia bisa memperoleh kekudusan dengan kekuatannya sendiri.

Kekudusan hanya dapat kita capai di dalam Yesus Kristus. Hanya Yesus Kristuslah yang dapat menguduskan kita. Dia telah menyucikan dan menguduskan kita dengan darah-Nya yang tercurah di kayu salib di Golgota.

Tetapi kita tidak cukup hanya mengetahuinya demikian. Kita harus percaya kepada-Nya dan menerima Dia sebagai Juru Selamat kita pribadi. Kita harus melakukan apa yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan kudus yang menyenangkan Tuhan dengan menyadari dan mengimanai sepenuhnya semua yang telah dilakukan Yesus untuk kita.

Firman Tuhan mengatakan demikian: “Setiap orang yang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1 Yohanes 3:3).

Kekudusan yang kita peroleh dari apa yang Yesus telah lakukan untuk kita tidak boleh didiamkan begitu saja dan kita beranggapan bahwa kita akan tetap kudus tanpa berbuat apa-apa.

Kita harus mengerjakan kekudusan kita dengan memperoleh Roh Kudus yang akan bekerja dalam diri kita. Kita harus meminta kepada Allah agar Dia memenuhi kita dengan Roh-Nya.

Roh Kudus yang bersemayam di dalam diri kitalah yang memampukan kita untuk tetap kudus. Firman Tuhan mengatakan demikian: “Tuhan memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus” (1 Tesalonika 4:7). Jadi, setelah Yesus menyelesaikan dosa-dosa kita di kayu salib Golgota, kita telah menjadi nkudus.

Tetapi kita juga harus melanjutkan mengerjakan kekudusan itu dengan memenuhi panggilan-Nya untuk melakukan apa yang kudus. Dan kita akan dapat melakukannya dengan tuntunan Roh Kudus yang ada di dalam diri kita.

Jika kita menolak panggilan ini berarti kita juga menolak untuk tetap kudus. Firman Tuhan mengatakan demikian: “Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu” (1 Tesalonika 4:8).

Memperoleh kekudusan merupakan suatu kerinduan hati kita untuk menyenangkan hati Tuhan. Mengupayakan kekudusan berarti kita mengundang Roh Kudus beerkarya dalam hidup kita sehingga kita semakin menyerupai Kristus yang telah menyelamatkan kita.


Singkirkan Hal-hal Yang Tidak Memuliakan Tuhan

Sebagai orang percaya kita harus mengetahui tujuan hidup kita bagi diciptakan dan ditempatkan di bumi ini. Allah mau aar kita menjadi seperti yang dikehendaki-Nya, dan melakukan kehendak-Nya.

Allah menghendaki agar kita hidup untuk kemuliaan-Nya. Ya, kia diciptakan hanya untuk kemuliaan-Nya. Firman Tuhan mengatakan demikian, “Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kolose 1:16b).

Kita ada karena Allah menciptakan kita. Kita hidup karena Allah memberi kita kesempatan untuk hidup denan tujuan menjadi kemuliaan bagi-Nya. “Sebab segala sesuatu berasal dari Allah, segala sesuatu hidup oleh kuasa-Nya dan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya” (Roma 11:36).

Untuk mencapai tujuan hidup kita bagi Allah, maka kita harus menjaga dan mengendalikan cara hidup kita selama hidup di dunia. Tak seorang pun manusia yang sempurna di hadapan Tuhan. Tuhan mengetahui hal itu. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Semua manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan. Oleh karena itu kita harus meminta Tuhan agar kita diberi kekuatan untuk menolak segala hal yang tidak menyenangkan hati-Nya.

Marilah kita membiadakan diri untuk berjalan bersama Tuhan agar kita semakin menyadari dan mengetahui dengan jelas apa saja yang mendukakan hati Tuhan. Jika kita semakin mengenal Tuhan denan baik, maka kita pun akan semakin dimampukan untuk menyingkirkan hal-hal yang tidak memuliakan Tuhan dalam kehidupan kita.

Dengan menyingkirkan hal-hal yang tidak memuliakan dari kehidupan kita berarti kita dalam sikap menghormati dan takut akan Dia. Takut akan Tuhan berarti kita mengetahui konsekuensi yang akan kita terima jika kita tidak melakukan perintah-Nya.

Takut akan Tuhan berarti kita harus berani menyingkirkan segala hal dari kehidupan kita yang tidak menjadi kemuliaan bagi Tuhan. “Takut Tuhan ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat” (Amsal 8:13).

Jika kita tidak menyigkirkan dari kehidupan kita hal-hal yang tidak memuliakan Tuhan beerarti kita memilih memisahkan diri dari-Nya. Dan mengijinkan musuh merusak tatanan kehidupan kita bersama Tuhan. Dengan demikian kita tidak dapat memiliki kesiapan diri untuk berdoa kepada Tuhan.

Orang-orang yang tidak menghormati dan tidak takut Tuhan dapat dilihat ketika mereka tampak sok hebat. Mereka tidak merasa bahwa mereka tidak perlu memberikan petanggungjawaban kepada Tuhan atas apa yang mereka lakukan dan upayakan.

Mereka sedang menjalani hidup dengan roh pemberontakan dalam diri mereka. Jika seorang yang menyatakan dirinya orang percaya namun melawan atau tidak mau hidup sesuai kehendak Tuhan berarti dia telah membungkam suara Roh Kudus dalam hatinya sejak lama. Hal ini pun akan menghalangi kita untuk berdoa.


Hidup Dalam Kasih

Apakah kasih itu? Jawaban untuk pertanyaan ini adalah gampang-gampang sukar. Bisa dimengerti dan dirasakan, tetapi sulit untuk dijabarkan dengan kata-kata. Mungkin itulah sebabnya hingga ada yang disebut bahasa kasih.

Hanya ada satu kekuatan positip di jagad raya ini, apa yang disebut dengan kasih agape. Kasih agape itu seperti dinyatakan dalam firman Tuhan. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. la tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. la menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala se­suatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab penge­tahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sem­purna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap” (1 Korintus 13:4-10).

Allah Bapa di Surga mengajar kita untuk mengasihi, mengasihi Tuhan dan juga mengasihi sesama, bahkan mengasihi musuh. Karena begitu pentingnya kasih itu, maka Tuhan menyatakannya dalam Firman-Nya bahwa manusia harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi. Selain itu, manusia juga harus mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri.

Firman Tuhan menyatakan demikian. “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allah-mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:37-39)

Kata KASIH merupakan sebuah kata yang paling indah dan berkuasa karena kasih dapat mengubah segalanya. Kasihlah yang membuat gelap menjadi terang.

Kasih membuat bumi dan segala makhluk yang ada di dalamnya hidup dan bergerak. Tanpa kasih tak pernah ada hidup, dan tak pernah ada yang ada sekarang ini. Itulah sebabnya dikatakan dalam Firman Tuhan bahwa ALLAH adalah KASIH. (1 Yohanes 4:8).

Allah senantiasa mengasihi manusia, tetapi manusia sendiri tidak mengerti dan tidak mau untuk menerima kasih itu sehingga manusia  merasa terasing dari Allahnya sendiri.

Dasar kekristenan adalah kasih. Mustahil seorang mengatakan bahwa ia mengenal Allah jika ia tidak memiliki kasih. Karena telah disebutkan di atas tadi bahwa Allah adalah Kasih. Apakah dasar kasih itu?

Dasar kasih adalah pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus. “Barang siapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. 16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barang siapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia (1 Yohanes 4:15-16).

Dasar kekristenan adalah kasih. Dasar pengenalan kita akan Allah adalah kasih. Bukti bahwa kita mengenal Allah adalah bila kita memiliki kasih. Bahkan bukti bahwa kita pengikut atau murid Yesus Kristus adalah bila kita bisa membuktikan bahwa kita memiliki kasih.

Rasul Paulus mengajak kita untuk saling mengasihi satu sama lain. “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. 8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, se­bab Allah adalah kasih  (1 Yohanes 4:7-8).

Kata ‘Mengasihi’ adalah sebuah kata kerja, berarti memiliki obyek yaitu apa yang dikasihi. Mengasihi tidak bisa hanya kata-kata atau lips service.

Mengasihi berarti melakukan kebaikan terhadap orang lain. Paling tidak harus ada dua oknum yang terlibat di dalamnya, yakni yang mengasihi dan yang dikasihi. Allah begitu mengasihi manusia ciptaan-Nya itu sehingga Ia membuktikan kasihnya dengan mengorbankan diri-Nya sendiri di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkannya.

Yesus menggenapi hukum perjanjian lama dengan merangkumkannya menjadi dua ayat saja dalam perjanjian Baru yang disebut dengan hukum Kasih.

Yesus meminta manusia ciptaan-Nya tu untuk mengasihi Dia dan mengasihi sesamanya,  seperti tertulis dalam Injil. “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allah-mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. (Matius 22:37-40).
Salah satu hal yang Allah anugerahkan kepada kita melalui Roh kudus adalah kasih agar kita dapat mengasihi Allah dan sesame kita. Hal ini akan sekali gus menjadi tanda bahwa kita adalah murid Tuhan. Dalam Injil Yohanes dikatakan: “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barang siapa yang tidak mengasihi saudaranya” (1 Yohanes 3:10).
Satu hal yang sangat menerikan bagi kita adalah jika kita tidak memiliki kasih. Mengapa demikian? Karena bila kita tidak memiliki kasih dalam hati kita untuk orang lain berarti kita sedang menjalani kehidupan yang mati.

Kehidupan yang tidak mempunya pengharapan. “Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barang siapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut” (1 Yohanes 3:14). Dengan demikian jelas bahwa mengasihi adalah salah satu syarat doa yang utama agar doa kita dijawab oleh Tuhan.


Selalu Memberikan Pengampunan

Melepaskan pengampunan merupakan syarat mutlak untuk doa yang dikenan Tuhan. Setiap orang yang doanya ingin dijawab oleh Tuhan hendaklah melakukannya. Jika tidak kita sendiri sudah tahu apa akibatnya.

Doa yang kita panjatkan tidak akan pernah dijawab oleh Tuhan. Yesus sendiri telah mengingatkan kita mengenai hal ini. “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seeorang, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu” (Markus 11:25).

Kita haarus melapaskan pengampunan kepada siapan pun dan masalah sekecil apa pun tanpa menunggu waktu dan keinginan yang tepat. Kita harus melakukannya karena hal itu merupakan perintah Tuhan. Dengan melepaskan pengampunan beerarti kita menciptakan peluang bagi doa kita untuk dijawab oleh Tuhan.

Sesungguhnya kita tidak ada dalih untuk tidak melepaskan pengampunan kepada orang lain karena sebagai orang percaya kita juga dituntut untuk hidup dalam kasih. Hidup dalam kasih berarti mengasihi Allah dan sesama.

Jika kita sungguh mengasihi sesama berarti kita pasti mengampuninya dalam segala kekurangannya. Allah mengampuni kita kaena Dia mengasihi kita dengan kasih agape.

Allah mengajarkan kepada kita akan pentingnya mengampuni. Allah mau agar kita mengampuni sesama kita sebagaimana Allah telah mengampuni kita. “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Efesus 4:32).

Ada sebagaian orang berkata bahwa mereka tidak bisa mengampuni orang lain yang telah menyakiti hati mereka. Bahkan tidak sedikit orang yang ingin membalas dendam.

Hal ini mungkin terjadi karena mereka belum mengenal firman Tuhan dengan baik. Ketahuilah bahwa jika kita tidak mengampuni orang lain, kita sendirilah yang rugi. Kita sendirilah yang akan menghadapi masalah.

Orang yang tidak mengampuni ibarat seseorang yang ingin melempari orang lain dengan bara api, pada saat dia melakukannya dia telah lebih dulu terbakar oleh bara api yang dia pegang sementara bara yang ia lemparkan belum tentu mengenai sasarannya. “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:17).

Tuhan menghendaki agar kita mengampuni kesalahan orang, dan dengan demikian Tuhan juga mengampuni kesalahan kita. “Karena jikalau kamu tidak mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6:14-15).

Jangan pernah menyimpan kesalahan orang karna itu merupakan kesalahan yang sangat fatal dalam kehidupan. Jika kita tetap melakukannya berarti kita mengijinkan diri kita menjadi lemah dalam pertempuran melawan musuh.

Jika kita menolak untuk mengampuni orang berarti kita menolak pengampunan yang Yesus telah berikan kepada kita. Dengan demikian berarti kita harus tetap menanggung penghukuman yang berat akibat dosa kita. Pada hal Yesus telah menganugerahkan pengampunan yang sempurna untuk kita.


Mengontrol Setiap Perkataan

Sebagai orang percaya kita harus selalu mengontrol perkataan kita. Kita tidak boleh sama lagi seperti keadaan kita sebelum kita dipanggil. Sebelum kita dipanggil, kita masih jauh dari kebenaran dan hidup dalam daging.

Sebagai orang percaya kita adalah manusia roh yang hidup di dalam daging. Manusia daging kita telah disalibkan karena telah mati terhadap dosa. Sebagai manusia roh maka roh kitalah yang dominan untuk menguasai daging dan seluruh kehidupan kita.

Roh kita berpusat di hati, dan disanalah pusat komunikasi kita dengan Tuhan. Manusia jahat dan manusia baik dapat dikenali dari ucapannya. Apa yang kita ucapkan meluap dari hati. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga ucapan kita yang keluar dari hati. “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaan-nya yang jahat. Karena yang diucapkan mulustnya, meluap dari hatinya” (Lukas 6:45).

Disadari atau tidak bahwa perkataan yang keluar dari mulut kita sendiri akan sangat menentukan perjalanan kehidupan kita bersama Tuhan. Sebagai manusia roh yang hidup dalam daging terkadang roh kita lemah dan dipengaruhi oleh daging dan menimbulkan perkataan yang tidak menyenangkan hati Tuhan.

Dalam hal ini kita perlu berdoa meminta agar Roh Kudus senantiasa mengenalikan hati kita saat mengeluarkan perkataan yang kita ucapkan. Ini pun merupakan doa yang hidup dan nyata untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu” (1 Petrus 3:10).

Kita harus senantiasa mengenaikan kehidupan kita. Manusia lama kita cenderung bersuka cita karena materi dan hal-hal duniawi. Sedangkan manusia baru kita, yaitu manusia roh cenderung bersuka cita karena Tuhan. Sebagai orang percaya kita harus hidup sesuai firman Tuhan. “dan bergembiralah karena TUHAN, maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu” (Mazmur 37:4).

Saat kita bergembira karena Tuhan, maka keinginan Tuhan menjadi keinginan kita. Kita menyesuaikan dan menundukkan hati kita kepada kehendak Tuhan, dengan demikian doa kita berkenan bagi Tuhan karena selaras dengan kehendak-Nya.
*****

Doa kami tulisan yang kami sajikan ini menjadi berkat bagi saudara.
Terima kasih, saudara telah membaca tulisan yang disajikan oleh Ev. Heldin Manurung dalam website ini. Tuhan Yesus Kristus memberkati saudara. Amin!